Vaksin Baru, MVA-B Sanggup Melawan Virus HIV

Vaksin Baru, MVA-B Sanggup Melawan Virus HIV

Berikut ini adalah Vaksin Baru, MVA-B Mampu Melawan Virus HIV yang diharapkan bisa berguna, dapat dipraktekkan, serta menambah informasi yang diperlukan mengenai hal tersebut.

Sebuah penelitian di Spanyol baru-baru ini menyatakan jika MVA-B atau Modified Vaccinia Ankara B adalah vaksin yang disebut-sebut dapat memberikan kekebalan terhadap HIV atau Virus Human Immunodeficiency. Benarkah efektif? Mari mengenal MVA-B.

MVA-B adalah vaksi yang telah dikembangkan oleh tim peneliti dari Madrid, Spanyol di Spanish Superior Scientific Research Council (CSIC) yang dikepalai oleh Dr. Mariano Esteban, seperti dikutip dari doktersehat.

Vaksin MVA-B didasarkan pada virus Modified Vaccinia Ankara (MVA) yang awalnya digunakan untuk memerangi virus cacar selama tahun 1970-an. B berasal dari nama yang mengacu pada HIV-B, subtipe HIV yang paling umum di Eropa. Menurut penelitiannya, Dr. Esteban telah menyatakan bahwa vaksin ini berpotensi mengurangi virulensi HIV jadi infeksi kronis ringan yang mirip dengan penyakit herpes.

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah penyakit yang dikenal mematikan dan hingga kini belum ada obat yang bisa mengobati pasien HIV. Meskipun begitu, para ilmuwan telah lakukan uji coba sebuah vaksin yang dipercaya bisa menurunkan HIV dari tingkat penyakit mematikan jadi penyakit kronis yang lebih ringan, jika vaksin ini bisa melalui tahap uji klinis II dan III.

Ilmuwan mengungkapkan bahwa tes pertama pada manusia menunjukkan 9 dari 10 sukarelawan mengembangkan respons kekebalan tubuh terhadap virus HIV, sekitar 85% sanggup mempertahankan kekebalan tubuh setidaknya selama 1 tahun. Keberhasilan dari vaksin ini didasarkan pada kemampuan sistem kekebalan tubuh manusia untuk mempelajari bagaimana bereaksi dari waktu ke waktu terhadap partikel virus dan sel yang telah terinfeksi.

BACA JUGA:  Penyebab Sakit Kepala Setelah Bangun dari Tidur Siang

Dr. Esteban menyatakan bahwa vaksin MVA-B terbukti jadi lebih kuat seperti vaksin lainnya yang sedang dipelajari oleh para ilmuwan. Vaksin ini telah melalui uji coba pada hewan percobaan tikus dan monyet yang didasarkan pada vaksin untuk mengobati cacar yang ditambahkan 4 gen HIV. Hasilnya, masing-masing gen ini tidak bisa mereplikasi diri sehingga keselamatan lebih terjamin. Setelah uji coba pada hewan percobaan berhasil, vaksin baru dilakukan uji coba pada manusia.

Dr. Esteban menyebutkan bahwa tubuh manusia dipenuhi dengan limfosit yang masing-masing memiliki program untuk melawan patogen yang berbeda-beda, termasuk untuk HIV. Oleh karenanya, jika virus masuk dan mencoba mengembangkan diri dalam sel, sistem kekebalan tubuh siap untuk menonaktifkan dan menghancurkannya.

Hasil akhir menunjukkan bahwa sepertiga pasien telah mengembangkan sel limfosit T yang dikenal dengan sel CD4+ yang mendeteksi dan menghancurkan virus dan sel terinfeksi.

Sedangkan dua pertiga pasien lebih responsif dengan mengembangkan sel limfosit B atau juga disebut CD8+ yang menghasilkan antibodi untuk menyerang virus penyebab penyakit yang menginfeksi sel.

Esteban mengakui bahwa vaksin ini pada pada tahap awal menjanjikan, karena 95 persen dari pasien yang menerima vaksin telah mengembangkan kekebalan tubuh. Jika campuran genetik ini melalui uji klinis Fase II dan III di masa depan, HIV dapat dibandingkan dengan virus herpes.

Virus tidak akan menyebabkan penyakit lagi dan akan jadi infeksi kronis minor, karena memberikan pertahanan dalam tubuh sehingga penularannya jauh lebih rendah.

Para peneliti akan lakukan uji klinis baru pada sukarelawan yang terinfeksi HIV, dengan tujuan untuk mengetahui fungsi vaksin dalam cegah AIDS atau juga dapat digunakan untuk mengobatinya.

Scroll to Top