Benarkah Oximeter Bisa Mendeteksi COVID-19? Ini Kata Ahli

Benarkah Oximeter Bisa Mendeteksi COVID-19? Ini Kata Ahli

Berikut ini adalah Benarkah Oximeter Bisa Deteksi COVID-19? Ini Kata Ahli yang diharapkan bisa berguna, dapat dipraktekkan, serta menambah informasi yang diperlukan mengenai hal tersebut.

Virus SARS-CoV-2 masih jadi ancaman serius saat ini yang menyebabkan orang terserang COVID-19. Berkaitan dengan itu, pulse oximeter banyak disebut sebagai alat yang dapat membantu deteksi virus COVID-19. Oximeter adalah sebuah alat yang sanggup mendeteksi tingkat oksigen di dalam darah manusia tanpa menimbulkan rasa sakit. Akan tapi seberapa efektifkah alat ini?

Pulse oximeter digunakan salah satunya untuk mendeteksi dini jika level oksigen pasien COVID-19 turun sehingga tak mengarah pada terjadinya happy hypoxia yang bisa berujung kematian.

Masuknya virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 ke tubuh melalui sistem pernapasan, menyebabkan cedera langsung pada paru-paru melalui peradangan dan pneumonia dan berdampak negatif pada seberapa baik oksigen ditransfer ke aliran darah.

Kerusakan oksigen dapat terjadi pada berbagai tahap COVID-19, dan tidak hanya pada pasien sakit kritis yang membutuhkan ventilator. Akan tapi, di sisi lain, ada pasien COVID-19 bisa memiliki tingkat oksigen yang sangat rendah tapi tampak baik-baik saja dan kondisi inilah yang disebut happy hypoxia.

“Kondisi ini mengkhawatirkan karena pasien-pasien ini mungkin lebih parah sakitnya daripada yang mereka rasakan, yang tentunya membutuhkan perhatian lebih dalam pengaturan medis,” kata ahli pulmonologi, Tim Connolly dalam laman resmi Houston Methodist, pusat medis akademik di Texas Medical Center.

Menurut dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Vito Anggarino Damay, oximeter salah satunya perlu ada untuk mereka dengan gejala COVID-19 ringan yang dirawat mandiri.

“Seseorang yang happy hypoxia mungkin ada gejala yang ringan yang tidak disadari bukan sama sekali tidak bergejala. Mungkin perlu sediakan di rumah untuk mereka yang menderita COVID-19 ringan yang isolasi mandiri,” kata Vito, seperti dikutip Antara.

BACA JUGA:  Seberapa Penting Tes Antibodi untuk Mendeteksi COVID-19? Ini Kata Ahli Kedokteran

Walau sebenarnya, tak semua pasien mengalami penurunan kadar oksigen. Tidak semua orang yang dites positif COVID-19 akan mengembangkan kadar oksigen rendah. Ada orang yang mengalami demam, nyeri otot, dan gangguan GI di rumah yang sangat tidak nyaman, tapi tidak pernah menunjukkan kadar oksigen yang rendah.

Connolly menekankan, orang tidak boleh menganggap oximeter sebagai tes skrining untuk COVID-19.

“Memiliki tingkat oksigen yang normal tidak berarti Anda bebas dari infeksi. Jika Anda khawatir terpapar (COVID-19), pengujian formal masih diperlukan,” kata Connolly.

Di sisi lain, Vito mengatakan, oximeter tidak akan berguna jika seseorang lalai menerapkan protokol kesehatan yakni menjaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker.

“Sama seperti saya masih sering menemukan orang pakai masker tapi menggunakannya di bawah dagu atau berkerumun tanpa menjaga jarak. Jadi pesan saya jaga diri anda tetap sehat,” demikian Vito.

Scroll to Top