Awas, Sering Berfikir Negatif Bisa Tingkatkan Risiko Demensia

Awas, Sering Berfikir Negatif Bisa Tingkatkan Risiko Demensia

Demensia merupakan sekumpulan gejala yang memengaruhi kemampuan fungsi kognitif otak dalam mengingat, berpikir, bertingkah laku, dan berbicara.

Kondisi demensia kerap ditandai dengan sifat mudah lupa (pikun) karena kemampuan otak terganggu untuk mengingat.

Pengaruh genetika, tekanan darah tinggi, dan merokok merupakan beberapa faktor risiko demensia. Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa berpikir negatif secara terus-menerus juga bisa meningkatkan risiko demensia.

Belum ada obat untuk menyembuhkan demensia. Namun, laporan medis menunjukkan bahwa sekitar sepertiga dari kasus demensia dapat dicegah.

Sebuah studi terbaru menemukan bahwa berpikiran negatif yang berulang-ulang dikaitkan dengan penurunan kognitif dan meningkatkan simpanan kandungan protein penyebab penyakit Alzheimer yang merupakan penyebab demensia paling umum.

“Berpikir negatif berulang dapat menjadi faktor risiko baru untuk demensia,” ujar Natalie Marchant, psikolog sekaligus peneliti senior di departemen kesehatan mental di University College London. Ini termasuk kecenderungan berpikir negatif (khawatir) tentang masa depan atau perenungan negatif tentang masa lalu.

Dalam studi ini, para peneliti melakukan pemantauan perilaku dan pemindaian otak pada 350 orang di atas usia 55 tahun. Penelitian dilakukan dengan lama periode dua tahun penuh.

Sekitar sepertiga dari peserta menjalani scan otak dengan metode PET (positron emission tomography). Hal ini dilakukan untuk mengukur endapan tau dan beta-amyloid yakni dua protein berbahaya yang menyebabkan penyakit Alzheimer.

Hasil scan menunjukkan mereka yang menghabiskan lebih banyak waktu untuk berpikir negatif memiliki lebih banyak penumpukan protein tau dan beta-amyloid. Mereka juga memiliki memori yang lebih buruk dan mengalami penurunan kemampuan kognitif yang cukup besar.

Studi ini juga menguji tingkat kecemasan dan depresi pada kelompok orang yang sudah memiliki gangguan cemas dan depresi sebelumnya. Hasilnya, mereka mengalami penurunan kemampuan kognitif yang juga besar. Hanya saja, tidak ada peningkatan penumpukan protein tau dan beta-amyloid pada kelompok yang ini.

BACA JUGA:  Apa itu Penyakit Absence Seizure ?

Dengan begitu, peneliti mencurigai bahwa berpikir negatif berulang kali mungkin menjadi alasan utama mengapa depresi dan kecemasan yang mana berkontribusi pada faktor risiko demensia.

Scroll to Top