Apa itu Penyakit Biduran ? Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Apa itu Penyakit Biduran ? Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Apa itu penyakit Biduran? Berikut ini akan kami berikan infoemasi lengkapnya mengenai jenis penyakit tersebut.

Pengertian Biduran

Biduran

Biduran atau urtikaria adalah reaksi pada kulit yang menyebabkan munculnya bentol berwarna merah.

Awalnya, bentol-bentol merah muncul pada satu bagian tubuh, kemudian menyebar. Bentuk dan ukurannya pun bervariasi.

Ruam pada biduran biasanya terasa sangat gatal, dan terkadang bisa juga terasa perih.

Gejala biduran bisa berlangsung berjam-jam dan berangsur hilang dalam beberapa hari.

Biduran akut akan sembuh kurang dari enam minggu.

Biduran akut adalah kondisi yang umum terjadi, terutama pada anak-anak dan wanita berusia 30-60 tahun serta mereka yang memiliki riwayat alergi.

Sementara, biduran kronis bertahan lebih dari enam minggu atau bersifat kambuhan selama beberapa bulan bahkan tahun.

Biduran kronis bisa jadi adalah gejala dari penyakit lain yang sedang diderita, seperti lupus atau penyakit tiroid.

Artikel Lainnya: Mengobati Biduran dengan Lidah Buaya, Efektifkah?

Penyebab Biduran

Ilustrasi Penyebab Biduran

Penyebab penyakit biduran adalah tingginya kadar histamin dan unsur kimia lain yang dilepaskan ke kulit.

Kemudian, histamin dan unsur kimia lain tersebut membuat pembuluh darah melebar sehingga aliran darah pun meningkat.

Hal ini yang jadi penyebab biduran dan kulit nampak memerah. 

Bila berdasarkan durasi dan tingkat keparahan gejala, ada dua jenis biduran, yakni biduran akut dan biduran kronis.

  • Biduran Akut

Pada biduran akut, gejalanya akan menghilang tidak lebih dari enam minggu.

Sebagian penyebab biduran akut tidak diketahui penyebabnya. Akan tapi, ada beberapa hal yang dikenali sebagai pemicu biduran akut, yaitu:

  • alergi makanan, misalnya makanan laut
  • faktor lingkungan, misalnya suhu terlalu panas atau terlalu dingin, sinar matahari
  • terhirup serbuk sari
  • akibat paparan bahan kimia tertentu
  • infeksi, baik yang ringan seperti pilek hingga infeksi serius seperti HIV
  • gigitan serangga
  • efek samping obat-obatan tertentu, seperti obat antiradang nonsteroid atau antibiotik
  • stres

Biduran akut yang disebabkan oleh makanan, minuman, atau obat-obatan lebih mudah untuk dihindari.

Berbeda dengan biduran akut yang disebabkan oleh stres.

Faktor penyebab yang satu ini lebih sulit dihindari.

  • Biduran Kronis

Pada kondisi biduran kronis, gejala yang muncul dapat berlangsung lebih dari enam minggu.

Sama dengan biduran akut, penyebabnya tidak diketahui secara pasti, tapi bisa juga sama dengan penyebab biduran akut.

Biduran kronis diduga berhubungan dengan adanya antibodi dalam tubuh yang memicu pelepasan antihistamin.

BACA JUGA:  Apa itu Penyakit Faringitis ? Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Karena itulah, kebanyakan kasus biduran kronis berhubungan dengan kondisi autoimun, misalnya lupus dan arthritis rheumatoid.

Selain itu, biduran kronis juga bisa terjadi sebagai akibat dari infeksi organ hati, gangguan kelenjar tiroid, dan adanya parasit dalam saluran pencernaan.

Biduran kronis bersifat kambuhan. Bentol-bentol akan muncul dan menghilang dalam kurun waktu tertentu.

Beberapa faktor yang jadi pemicu biduran kronis, di antaranya:

  • kondisi autoimun (systemic lupus erythematosus, rheumatoid arthritis)
  • infeksi kronis (hepatitis B dan C, EBV)
  • gangguan endokrin (penyakit Grave’s, hashimoto thyroidistis)
  • suhu udara yang panas
  • konsumsi obat-obatan tertentu, seperti antiradang nonsteroid dan obat pereda sakit
  • mengonsumsi minuman yang mengandung alkohol atau kafein
  • stres
  • memakai pakaian yang terlalu ketat untuk waktu yang lama
  • mengonsumsi zat aditif yang ada di dalam makanan atau minuman
  • gigitan atau sengatan serangga

Artikel Lainnya: Cara Mengenali Gejala Biduran pada Orang dengan Kulit Gelap

Gejala Biduran

Bentol dan Ruam Merupakan Gejala Biduran

Gejala biduran adalah muncul bentol dan ruam yang biasanya terasa sangat gatal. Ukuran dan lokasinya berbeda-beda.

Bentol bisa menghilang di satu bagian tubuh dan muncul kembali di bagian tubuh lainnya.

Pengobatan biduran biasanya tidak perlu dilakukan karena akan membaik dalam waktu dua hari.

Akan tapi, alergi kulit bentol ini bisa bertambah parah karena faktor-faktor di bawah ini:

  • mengonsumsi minuman keras
  • mengonsumsi kafein
  • stres
  • suhu udara yang panas
  • suhu udara yang dingin

Jika gejala-gejala biduran yang dialami memburuk dan tidak hilang dalam waktu dua hari, segera periksakan ke dokter.

Bisa jadi, diperlukan penanganan khusus untuk meredakannya.

Diagnosis Biduran

Ilustrasi Seorang Dokter Mendiagnosis Penderita Biduran

Penyebab biduran dapat dipastikan setelah dokter lakukan pemeriksaan fisik dan mengumpulkan informasi seputar gejala-gejala yang dialami.

Hal ini penting dilakukan supaya penderita dapat menghindari penyebab di masa mendatang.

Pertanyaan yang akan diajukan dokter, misalnya kapan dan bagaimana biduran terjadi serta jika terjadi sesuatu hal yang baru.

Misalnya, apakah baru mengonsumsi makanan yang tidak pernah dimakan sebelumnya.

Apabila dicurigai biduran sebagai reaksi alergi, dokter akan lakukan tes darah dan tes cukit kulit. Keduanya diperlukan untuk mengetahui zat alergennya.

Sayangnya, lebih dari setengah kasus biduran tidak diketahui penyebabnya.

Apabila kondisi biduran sering berulang, dokter bisa menyarankan sederet pemeriksaan untuk mencari tahu penyebabnya, seperti:

  • Tes Alergi

Pemeriksaan tes alergi dalam bentuk tes cukit ataupun tempel di kulit bisa dilakukan guna mencari tahu penyebab pasti munculnya bentol-bentol merah di tubuh.

  • Tes Darah Lengkap

Pada pemeriksaan tes darah lengkap, termasuk di dalamnya pemeriksaan laju endap darah (LED), tes fungsi hati, hormon tiroid, dan pemeriksaan antibodi tertentu.

Hal ini dilakukan guna untuk mencari tahu penyebab dari biduran, apakah akibat infeksi, gangguan hormon, ataupun masalah autoimun.

  • Tes Kulit

Pengambilan sampel kulit atau biopsi kulit bisa dipertimbangkan apabila penyebab biduran dicurigai karena kondisi vasculitis, yaitu peradangan pada pembuluh darah.

BACA JUGA:  Apa itu Penyakit Defisiensi Protein C ? Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Artikel Lainnya: Kondisi Kulit Gatal yang Tidak Boleh Digaruk Beserta Alasannya

Pengobatan Biduran

Ilustrasi Seorang Wanita Minum Obat Biduran

Kebanyakan kasus biduran tidak memerlukan pengobatan. Ruam biasanya cukup ringan sehingga akan sembuh dalam beberapa hari.

Akan tapi, jika pengobatan diperlukan, akan dilakukan sesuai faktor penyebab biduran dan tingkat gejala dan jenis biduran yang dialami.

Mengatasi Biduran Akut

Gejala biduran jenis ini bertahan tidak lebih dari enam minggu. Biasanya, yang diberikan sebagai cara mengobati biduran akut meliputi:

  • Antihistamin

Antihistamin akan menghentikan gatal dan mengurangi bentol dengan cara menghambat histamin, zat yang diproduksi ketika alergi atau infeksi terjadi.

Contoh obat ini adalah cetirizine dan loratadine. Sebaiknya, wanita hamil tidak mengonsumsi obat ini karena efeknya tidak diketahui.

  • Kortikosteroid

Kortikosteroid diberikan untuk menghambat kinerja sistem kekebalan tubuh sehingga bisa mengurangi biduran yang parah. Contoh obat ini adalah prednisolone.

Tidak disarankan untuk mengonsumsi obat ini dalam jangka waktu lama karena dapat menimbulkan efek samping, misalnya hipertensi, katarak, dan diabetes.

Mengatasi Biduran Kronis 

Penanganan biduran kronis bertujuan untuk mengendalikan gejala-gejala yang timbul dan menghindari pemicu yang dapat memperburuk kondisi.

Pengobatan dan cara mengatasi biduran kronis antara lain:

  • Antihistamin H1 dan H2

Selama gejala berlangsung, Anda harus mengonsumsi antihistamin H1 secara teratur. Dosis obat disesuaikan dengan gejala yang ada.

Jika obat ini tidak meredakan gejala, sebelum memberikan antihistamin H2, dokter akan memberikan rupatadine.

Obat tersebut masih termasuk antihistamin H1, tapi lebih efektif mengatasi biduran kronis.

Antihistamin H2 dapat dikonsumsi apabila timbulnya bentol bertambah parah.

Obat ini akan mempersempit pembuluh darah yang dapat mengurangi kemerahan pada kulit.

Efek samping antihistamin H2 antara lain diare, sakit kepala, dan pusing.

  • Kortikosteroid

Biduran kronis bisa ditangani dengan pemberian kortikosteroid.

Akan tapi, obat ini tidak bisa digunakan dalam jangka panjang karena memiliki efek samping.

Seperti, nafsu makan meningkat, perubahaan suasana hati, dan sulit tidur.

  • Leukotriene Receptor Antagonists

Obat tersebut dapat membantu meredakan bentol dan warna kemerahan pada kulit.

Bisa digunakan sebagai pengganti kortikosteroid karena efek sampingnya lebih ringan, yaitu sakit kepala dan mual.

  • Siklosporin

Cara kerja Siklosporin mirip dengan kortikosteroid. Siklosporin menekan efek buruk akibat autoimun.

Efek samping yang ditimbulkan antara lain tekanan darah tinggi, masalah ginjal, kadar kolesterol meningkat, dan sakit kepala.

Obat ini dapat diberikan dalam bentuk kapsul atau sirup.

  • Omaluzimab

Untuk biduran yang tidak merespons pengobatan antihistamin, omaluzimab mungkin dapat dijadikan alternatif obat.

BACA JUGA:  8 Gejala Stress Ini Tidak Boleh Diremehkan

Omaluzimab berfungsi untuk mengurangi jenis antibodi yang berperan menimbulkan biduran. Obat ini diberikan dalam bentuk suntikan.

  • Krim Antidepresan

Krim antidepresan golongan trisiklik, seperti doxepin, bisa digunakan mengatasi gatal pada biduran. Akan tapi, krim ini memiliki efek samping seperti pusing dan mengantuk.

Selain dengan obat-obatan, berikut ada beberapa cara mengatasi biduran yang dialami, antara lain:

  • jangan menggaruk bentol atau ruam
  • hindari pemakaian sabun yang mengandung bahan kimia keras, misalnya pewangi, alkohol
  • gunakan pakaian yang longgar dan halus, misalnya katun
  • hindari faktor pemicu seperti minuman berkafein, obat pereda rasa sakit, stres, suhu ekstrem misalnya terlalu panas atau dingin
  • oleskan krim pelembap atau penyejuk pada area kulit yang terkena biduran
  • jangan lupa mencatat aktivitas yang dilakukan, termasuk makanan dan minuman yang dikonsumsi supaya bisa mengetahui pemicu pastinya

Jika Anda telah mengetahui penyebab atau faktor yang dapat memperburuk biduran yang dialami, hindari pemicu tersebut.

Apabila Anda curiga biduran akibat Anda mengonsumsi obat-obatan tertentu, hubungi dokter yang memberikan karena harus dicari obat penggantinya.

Apabila biduran kronis Anda disebabkan oleh stres, cobalah teknik relaksasi untuk mengurangi tingkat stres dan meredakan gejala.

Artikel Lainnya: Tips Mengatasi Biduran Tanpa Obat

Komplikasi Biduran

Angioedema

Penyakit biduran bisa mengganggu aktivitas seseorang, terlebih jika biduran sering muncul. Adapun beberapa komplikasi yang bisa muncul antara lain:

  • Angioedema

Komplikasi angioedema dapat terjadi pada kondisi biduran akut maupun kronik.

Angioedema adalah pembengkakan di lapisan bawah kulit akibat penumpukan cairan, misalnya pada kelopak mata, bibir, sekitar alat kelamin, tangan, dan kaki.

Kondisi angioedema bisa berkembang jadi kondisi yang mengancam nyawa apabila terjadi pembengkakan di lidah dan laring, yang mana menyumbat jalan napas.

Untuk itu, penanganan dengan segera dan pemberian terapi menggunakan antihistamin dan kortikosteroid bisa membantu mengurangi gejala angioedema.

  • Anafilaksis

Reaksi anafilaksis adalah reaksi alergi berat yang bisa mengancam jiwa. Kondisi ini muncul secara tiba-tiba dan membutuhkan penanganan segera.

Gejala reaksi anafilaksis antara lain bengkak pada area mata, bibir, tangan, kaki, kesulitan bernapas, nyeri perut, mual muntah, hingga penurunan kesadaran.

  • Gangguan Emosi dan Penurunan Kualitas Hidup

Tidak semua orang bisa menerima kondisi yang dialami. Memiliki penyakit biduran yang sering kambuh bisa memengaruhi kualitas hidup.

Tak jarang pula, sebagian penderitanya merasa depresi dan cemas akibat kondisi yang tak bisa hilang sempurna.

(HNS/AYU)

Terakhir Diperbaharui: 16 Desember 2021

Diperbaharui oleh:  dr. Devia Irine Putri

Ditinjau oleh:  dr. Devia Irine Putri

Referensi:

American Academy of Family Physicians. Diakses 2021. Urticaria: Evaluation and Treatment.

American Academy of Family Physicians. Diakses 2021. Acute and Chronic Urticaria: Evaluation and Treatment.

NCBI. Diakses 2021. Diagnosis of urticaria.

NCBI. Diakses 2021. Diagnosis and treatment of urticaria in primary care.

Mayo Clinic. Diakses 2021. Chronic hives.

Cermin Dunia Kedokteran Journal. Diakses 2021. Diagnosis dan Tatalaksana Urtikaria.

NHS. Diakses 2021. Urticaria (hives).

Dermatology Advisor. Diakses 2021. Urticaria: Acute and Chronic Spontaneous Urticaria.

Scroll to Top