Apa itu Penyakit Ascariasis ? Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Apa itu Penyakit Ascariasis ? Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Apa itu penyakit Ascariasis? Berikut ini akan kami berikan infoemasi lengkapnya mengenai jenis penyakit tersebut.

Pengertian Ascariasis

Askariasis adalah salah satu jenis infeksi cacing pada tubuh. Cacing tersebut adalah parasit yang menggunakan tubuh sebagai lokasi untuk berkembang dari larva atau telur jadi cacing dewasa. Cacing dewasa dapat berukuran lebih dari 30 sentimeter.

Askariasis adalah salah satu jenis infeksi cacing yang cukup sering ditemui. Sebagian besar orang yang terinfeksi bisa saja tidak mengalami keluhan atau hanya menunjukkan tanda dan gejala yang ringan. Meskipun begitu, infeksi yang berat dapat menyebabkan tanda dan gejala yang serius serta beberapa komplikasi.

Penyakit ini lebih sering dialami oleh anak-anak. Selain itu, askariasis juga paling sering ditemui di negara tropis dan subtropis, terutama di area dengan sanitasi dan higienitas yang rendah.

Ascariasis

Penyebab Ascariasis

Askariasis tidak ditularkan secara langsung dari satu orang ke orang lainnya. Seseorang umumnya terinfeksi setelah terdapat kontak dengan tanah yang tercampur feses manusia yang mengandung telur askariasis maupun dengan air yang terinfeksi.

Pada cukup banyak negara berkembang, feses manusia digunakan sebagai popok. Selain itu, pada area dengan sanitasi rendah, feses manusia juga dapat bercampur dengan tanah pada lapangan, ladang, atau selokan.

Selain itu, anak-anak juga dapat bermain di dekat tanah, dan infeksi juga dapat terjadi apabila mereka memasukkan tangan yang kotor ke dalam mulut. Buah dan sayuran yang belum dicuci dan tumbuh pada tanah yang terkontaminasi juga dapat menyebabkan transmisi dari telur askariasis.

BACA JUGA:  Apa itu Penyakit Blefaritis ? Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan askariasis adalah:

  • Usia. Sebagian besar orang yang mengalami askariasis berusia 10 tahun atau kurang. Anak-anak pada kelompok usia ini dapat memiliki risiko yang lebih tinggi karena dinilai lebih sering terpapar tanah atau kotoran.
  • Cuaca yang hangat. Askariasis lebih prevalen di negara-negara berkembang dengan cuaca yang hangat sepanjang tahun.
  • Sanitasi yang buruk. Askariasis sering ditemui di negara berkembang yang memiliki area di mana feses dapat bercampur dengan tanah lokal.

Gejala Ascariasis

Sebagian besar orang yang mengalami askariasis tidak menunjukkan tanda dan gejala. Meskipun begitu, infeksi derajat sedang dan berat dapat menyebabkan beberapa tanda dan gejala, bergantung dari bagian tubuh yang terlibat.

Setelah telur askariasis yang berukuran mikroskopis masuk melalui mulut, telur dapat menetas di usus halus dan larva dapat bermigrasi melalui aliran darah atau aliran limfe menuju paru-paru. Pada tahap tersebut, dapat timbul beberapa tanda dan gejala pernapasan, termasuk batuk yang persisten, sesak napas, atau mengi. Setelah menetap selama 6 hingga 10 hari di paru-paru, larva dapat dibatukkan dan tertelan.

Larva juga dapat tumbuh jadi cacing dewasa di dalam usus halus, dan cacing dewasa umumnya menetap di usus hingga mati. Pada askariasis ringan atau sedang, adanya cacing pada usus dapat menyebabkan nyeri perut yang tidak khas, mual dan muntah, diare, atau terdapatnya darah pada feses.

Bila jumlah cacing di usus cukup banyak, beberapa tanda dan gejala yang dapat timbul adalah nyeri perut yang berat, kelelahan, muntah, penurunan berat badan atau malnutrisi, serta terdapatnya cacing pada muntahan atau feses.

Diagnosis Ascariasis

Penetapan diagnosis terhadap askariasis umumnya ditentukan melalui wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada infeksi yang berat, dapat ditemukan cacing setelah batuk atau muntah, atau pada feses. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah:

  • Pemeriksaan analisis feses. Cacing betina yang terdapat di dalam usus dapat menetaskan telur. Telur yang terdapat di saluran cerna dapat ditemukan pada feses.
  • Untuk menentukan diagnosis askariasis, dokter dapat memeriksa feses untuk melihat adanya telur dan larva secara mikroskopis. Meskipun begitu, telur tidak tampak pada feses hingga setidaknya 40 hari setelah terinfeksi.
  • Pemeriksaan darah. Darah dapat diperiksa untuk mengevaluasi adanya peningkatan sel darah putih jenis tertentu, yang disebut eosinofil. Askariasis dapat menyebabkan peningkatan eosinofil, Walau begitu hal ini juga dapat disebabkan oleh berbagai kondisi kesehatan lainnya.
  • Pemeriksaan pencitraan. Pemeriksaan foto rontgen dengan sinar X, ultrasonografi (USG), computerized tomography (CT), atau magnetic resonance imaging (MRI) juga dapat dilakukan bila dinilai dibutuhkan.
BACA JUGA:  4 Manfaat Daun Kale, Salah Satunya Cegah Kanker Payudara

Penanganan Ascariasis

Pada sebagian kasus, askariasis dapat mereda dengan sendirinya. Meskipun begitu, secara umum, infeksi yang menyebabkan keluhan dapat membutuhkan penanganan.

Penanganan pada askariasis dapat melibatkan beberapa komponen, termasuk:

  • Pengobatan. Pengobatan anti-parasit adalah penanganan lini pertama pada askariasis. Dokter dapat meresepkan obat anti-parasit golongan tertentu, yang dapat dikonsumsi selama satu hingga 3 hari, untuk membunuh cacing dewasa.
  • Pembedahan. Pada kasus infeksi yang sangat berat, prosedur pembedahan dapat dibutuhkan untuk mengevakuasi cacing dewasa dan reparasi kerusakan yang disebabkan oleh penyakit ini, termasuk bila terdapat obstruksi atau perforasi usus.

Pencegahan Ascariasis

Cara yang baik untuk cegah terinfeksi askariasis adalah menerapkan higienitas yang baik. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:

  • Menjaga sanitasi. Sebelum menyentuh makanan, biasakan untuk selalu mencuci tangan dengan sabun dan air. Cuci buah dan sayuran dengan saksama sebelum dikonsumsi.
  • aga kebersihan saat bepergian. Gunakan hanya air kemasan, dan hindari sayuran mentah kecuali bila dapat dikupas dan dicuci sendiri. Usahakan untuk hanya mengonsumsi makanan yang hangat dan matang.
Scroll to Top