Berikut ini adalah Pelecehan Psikologis pada Anak yang Harus Anda Ketahui yang diharapkan bisa berguna, dapat dipraktekkan, serta menambah informasi yang diperlukan mengenai hal tersebut.
Pelecehan emosional dan psikologis pada anak diartikan sebagai perilaku, ucapan, dan tindakan orangtua, pengasuh, atau figur penting lainnya dalam kehidupan anak yang berdampak negatif pada mental anak.
Pelecehan emosional atau pelecehan psikologis adalah pola perilaku yang merusak perkembangan emosional anak atau rasa harga diri.
Contoh pelecehan emosional termasuk menyebut nama, menghina, mengancam kekerasan (bahkan tanpa lakukan ancaman), membiarkan anak-anak menyaksikan pelecehan fisik atau emosional orang lain, menahan cinta, dukungan, atau bimbingan.
Sangat sulit untuk mengetahui seberapa umum pelecehan emosional pada anak. Berbagai macam perilaku dapat dianggap kasar, dan semua bentuk dianggap tidak dilaporkan.
Pelecehan anak terjadi di semua jenis keluarga. Walau begitu, pelecehan yang dilaporkan tampaknya paling umum terjadi pada keluarga yang:
– Mengalami kesulitan keuangan
– Berurusan dengan orangtua tunggal
– Mengalami (atau pernah mengalami) perceraian
– Berjuang dengan masalah penyalahgunaan zat
– Apa tanda-tanda pelecehan emosional pada anak?
Tanda-tanda pelecehan emosional pada anak mungkin termasuk:
– Takut pada orangtua
– Mengatakan mereka membenci orangtua
– Berbicara buruk tentang diri mereka sendiri (seperti mengatakan, “Aku bodoh”)
– Tampak tidak dewasa secara emosional jika dibandingkan dengan teman sebaya
– Menunjukkan perubahan bicara yang tiba-tiba (seperti gagap)
– Mengalami perubahan perilaku yang tiba-tiba (seperti berprestasi buruk di sekolah)
Tanda-tanda orangtua atau pengasuh yang lakukan pelecehen psikologis meliputi:
– Menunjukkan sedikit atau tidak sama sekali pada anak
– Berbicara buruk tentang anak itu
– Tidak menyentuh atau menggendong anak dengan penuh kasih sayang
– Tidak mengurus kebutuhan medis anak
Pelecehan emosional anak mengenai dengan perkembangan mental yang buruk dan kesulitan menjalin serta menjaga hubungan yang kuat. Ini dapat menyebabkan masalah di sekolah dan di tempat kerja serta perilaku kriminal.
Sebuah studi baru-baru ini di Universitas Purdue melaporkan bahwa orang dewasa yang jadi korban pelecehan emosional atau fisik sebagai anak-anak memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kanker. Mereka juga mengalami tingkat penyalahgunaan alkohol dan narkoba yang lebih tinggi.
Anak-anak yang dilecehkan secara emosional atau fisik dan tidak mencari bantuan dapat jadi pelaku kekerasan sendiri saat dewasa.
Sangat mungkin bagi seorang anak yang pernah mengalami pelecehan emosional untuk pulih. Mencari bantuan untuk anak korban adalah langkah pertama dan terpenting menuju pemulihan. Upaya selanjutnya hendaknya mendapatkan bantuan bagi pelaku kekerasan dan anggota keluarga lainnya.