Site icon Asaljeplak.my.id

Mengenal Wabah Bubonik yang Dahulu Nyaris Memusnahkan Manusia

Mengenal Wabah Bubonik yang Dahulu Nyaris Memusnahkan Manusia

Mengenal Wabah Bubonik yang Dahulu Nyaris Memusnahkan Manusia

Berikut ini adalah Mengenal Wabah Bubonik yang Dahulu Nyaris Memusnahkan Manusia yang diharapkan bisa berguna, dapat dipraktekkan, serta menambah informasi yang diperlukan mengenai hal tersebut.

Pada hari Minggu (5/7/2020), otoritas kesehatan Republik Rakyat Tiongkok telah mengidentifikasi kasus baru penyakit pes alias wabah bubonik, penyakit yang memicu pandemi “Black Death” pada pertengahan 1300-an, yang ditemukan pada beberapa orang yang tinggal di utara kota Bayannur, kawasan Mongolia Dalam, Tiongkok.

Otoritas kesehatan setempat mengeluarkan peringatan tingkat ketiga, menyarankan penduduk untuk menghindari perburuan, makan, atau mengangkut hewan yang berpotensi membawa penyakit.

Diagnosis wabah tersebut baru tiba berbulan-bulan setelah pemerintah Tiongkok mengumumkan 3 orang terjangkit wabah pneumonia di negara itu akhir tahun lalu.

Tahun lalu, pemerintah Mongolia juga mengumumkan lockdown di kawasan Bayan Ulgii, yang terletak di bagian barat negara itu, setelah dua kasus wabah muncul di daerah tersebut.

Di tengah pandemi COVID-19, mungkin menakutkan membayangkan penyakit lain yang menyebar di seluruh dunia, terutama penyakit yang pernah menorehkan catatan kelam di dalam sejarah manusia seperti wabah bubonik tersebut.

Apa itu penyakit pes / wabah Bubonik?

Wabah Bubonik, pes, atau yang dikenal dengan Black Death, adalah pandemi paling fatal yang tercatat dalam sejarah manusia yang menewaskan sekitar 75-200 juta orang di Eropa pada pertengahan 1300-an.

Wabah ini disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis, bakteri coccobacillus gram negatif, tidak bergerak, berbentuk batang, tanpa spora. Wabah ini dapat ditularkan ke manusia melalui cakaran atau gigitan tikus, marmut, tupai, dan binatang lain yang telah terinfeksi melalui kutu pada tubuh mereka.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa orang yang terinfeksi Bubonik akan sering mengalami gejala setelah masa inkubasi satu hingga tujuh hari.

Mereka yang terinfeksi wabah ini biasanya akan mengalami demam tinggi, muntah-muntah, keluar darah, gagal organ, dan tubuh dipenuhi luka yang menganga.

Pada beberapa individu, wabah dapat menyebabkan risiko yang fatal, dengan rasio kematian akibat  kasus antara 30 dan 60 persen. Biasanya ditularkan antara hewan dan manusia melalui gigitan kutu yang terinfeksi, kontak langsung dengan mahluk hidup yang terinfeksi, dan melalui air liur milik seseorang yang paru-parunya telah terinfeksi.

Apabila paru-paru terinfeksi, maka akan menyebabkan wabah pneumonia yang sangat fatal. begitu juga kalau saluran darah telah terinfeksi, yang akan bisa menyebabkan wabah septikemia, yang dalam tingkat akut bisa mengakibatkan nekrosis alias matinya suatu jaringan organ.

Apakah kita perlu waspada terhadap wabah Bubonik?

Kabar baiknya, wabah ini bisa ditangani dengan metode medis yang ada saat ini, dengan catatan harus bisa deteksi semenjak dini dan dilakukan perawatan dengan segera.

Tidak seperti COVID-19, saat ini telah tersedia perawatan yang bisa mengatasi penyakit pes / wabah bubonik. Selain itu, penyakit ini jarang terjadi di era modern seperti sekarang ini.

Ini berarti hampir tidak ada peluang kita melihat pandemi seperti di abad ke-14.

“Tidak seperti pada abad ke-14, kita sekarang memiliki pemahaman tentang bagaimana penyakit ini ditularkan,” Dmenurut r. Shanthi Kappagoda, seorang dokter spesialis penyakit menular di Stanford Health Care.

“Kita tahu bagaimana mencegahnya – hindari penanganan hewan yang sakit atau mati di daerah yang ada penularannya,” tuturnya. “Kita juga dapat mengobati pasien yang terinfeksi dengan antibiotik yang efektif, dan dapat memberikan antibiotik pada orang-orang yang mungkin telah terpapar bakteri [dan] cegah mereka [dari] jatuh sakit.”

Ini dapat berhasil diobati dengan antibiotik, dan menurut CDC, pengobatan telah menurunkan angka kematian jadi sekitar 11 persen.

Antibiotik bekerja paling baik jika diberikan dalam 24 jam dari gejala pertama. Dalam kasus yang parah, pasien dapat diberikan oksigen, cairan intravena, dan bantuan pernapasan.

“Sangat penting untuk dirawat dini karena keterlambatan dalam menerima antibiotik meningkatkan risiko kematian,” kata Kappagoda.

Antibiotik pencegahan juga diberikan pada orang-orang yang belum terkena wabah, tapi telah lakukan kontak dengan hewan atau orang yang memilikinya.

Jadi, bisa disimpulkan untuk saat ini telah hampir tidak mungkin wabah bubonik akan meluas jadi pandemi seperti COVID-19, dan kita tidak perlu khawatir, selama, kita memahami sumber asal penyakit, gejala, dan lakukan perawatan semenjak dini.

Exit mobile version