Asaljeplak.my.id

Apa itu Penyakit Anemia Defisiensi Besi ? Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Apa itu Penyakit Anemia Defisiensi Besi ? Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Apa itu penyakit Anemia Defisiensi Besi? Berikut ini akan kami berikan infoemasi lengkapnya mengenai jenis penyakit tersebut.

Pengertian Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi adalah salah satu tipe anemia yang cukup sering terjadi. Seperti namanya, anemia defisiensi besi dapat terjadi akibat dari kekurangan zat besi di dalam tubuh.

Tanpa zat besi dalam jumlah yang cukup, tubuh tidak dapat memproduksi salah satu hal di dalam sel darah merah yang memungkinkannya untuk menghantarkan oksigen, yang disebut sebagai hemoglobin. Sebagai akibatnya, anemia defisiensi besi dapat membuat seseorang merasa lelah dan sesak napas.

Anemia defisiensi besi dapat dikoreksi dengan suplementasi zat besi. Terkadang, pemeriksaan dan penanganan tambahan untuk anemia defisiensi besi dapat dibutuhkan, terutama bila dokter menduga terdapatnya perdarahan internal di dalam tubuh.

Penyakit Anemia Defisiensi Besi (SBshot87/Shutterstock)

Penyebab Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi dapat terjadi apabila tubuh tidak mengandung zat besi dalam jumlah yang cukup untuk memproduksi hemoglobin. Hemoglobin adalah bagian dari sel darah merah yang memberikan warna merah pada darah dan memungkinkan sel darah merah untuk menghantarkan darah yang teroksigenasi ke berbagai jaringan tubuh.

Pada orang yang tidak mengonsumsi zat besi dalam jumlah yang cukup atau mengalami kehilangan zat besi yang berlebih, tubuh tidak dapat memproduksi hemoglobin dalam jumlah yang cukup, dan anemia defisiensi besi dapat terjadi

Beberapa penyebab dari anemia defisiensi besi dapat mencakup:

Wanita yang mengalami menstruasi dengan pengeluaran darah berlebih dapat memiliki risiko terjadinya anemia defisiensi besi saat haid. Kehilangan darah yang perlahan dan kronis, misalnya akibat dari ulkus peptikum, polip usus besar, atau kanker kolorektal, dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.

Perdarahan saluran cerna juga dapat terjadi akibat konsumsi obat-obatan jenis tertentu.

Beberapa contoh makanan yang kaya zat besi adalah daging, telur, sayuran hijau, dan makanan yang difortifikasi dengan zat besi. Untuk pertumbuhan dan perkembangan yang adekuat, anak juga membutuhkan zat besi dalam diet sehari-hari.

Apabila sebagian dari usus halus telah diangkat secara operatif, hal ini juga dapat memengaruhi kemampuan untuk mengabsorpsi zat besi dan zat gizi lainnya.

Beberapa kelompok orang memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami anemia defisiensi besi, di antaranya:

Gejala Anemia Defisiensi Besi

Pada tahap awal, tanda dan gejala dari anemia defisiensi besi dapat sangat ringan dan tidak tampak secara jelas. Tetapi, seiring dengan berkurangnya kadar zat besi, anemia dapat memburuk dan tanda dan gejala dapat lebih tampak.

Beberapa tanda dan gejala dari anemia defisiensi besi dapat mencakup:

Diagnosis Anemia Defisiensi Besi

Diagnosis dari anemia defisiensi besi dapat ditentukan berdasarkan wawancara medis yang mendetail, pemeriksaan fisik secara langsung, dan pemeriksaan penunjang tertentu.

Untuk menentukan diagnosis anemia defisiensi besi, dokter dapat menyarankan untuk dilakukan beberapa pemeriksaan berikut:

Apabila hasil pemeriksaan darah menunjukkan terdapatnya anemia defisiensi besi, dokter dapat merekomendasikan untuk dilakukan pemeriksaan tambahan guna mengidentifikasi penyebab yang mendasarinya. Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan pada hal ini adalah:

Pada prosedur ini, sebuah selang yang tipis dan disertai kamera dapat dimasukkan melalui tenggorok dan menuju ke lambung. Dengan pemeriksaan ini, dokter dapat memvisualisasi esofagus dan lambung untuk melihat adanya sumber perdarahan.

Pada pemeriksaan ini, dimasukkan selang yang tipis dan disertai kamera melalui rektum yang dipandu menuju usus besar. Kolonoskopi dapat membantu dokter untuk memvisualisasi sebagian atau keseluruhan dari usus besar dan rektum guna melihat adanya perdarahan internal.

Penanganan Anemia Defisiensi Besi

Untuk mengatasi anemia defisiensi besi, dokter dapat merekomendasikan untuk dilakukan beberapa penanganan berikut:

Untuk meningkatkan kemampuan penyerapan tablet suplementasi zat besi, dapat disarankan untuk mengonsumsi tablet zat besi pada saat perut kosong, atau mengonsumsinya disertai dengan makanan yang kaya vitamin C.

Suplementasi zat besi terkadang dapat menyebabkan konstipasi, oleh sebab itu dokter juga dapat mempertimbangkan pemberian pelunak feses. Selain itu, defisiensi zat besi membutuhkan waktu untuk membantu kadar zat besi kembali normal.

Bergantung dari penyebabnya, beberapa jenis penanganan yang dapat dilakukan adalah pemberian pengobatan seperti kontrasepsi oral untuk meringankan darah menstruasi yang berlebih, pengobatan antibiotik dan pengobatan lainnya untuk menangani ulkus peptikum, atau pembedahan untuk mengangkat polip, tumor, atau fibroid yang mengalami perdarahan.

Apabila anemia defisiensi besi tergolong berat, dapat diberikan transfusi darah untuk mengganti hemoglobin dengan lebih cepat.

Pencegahan Anemia Defisiensi Besi

Risiko terjadinya anemia defisiensi besi dapat diminimalkan dengan mengonsumsi makanan yang kaya zat besi.

Beberapa jenis makanan yang kaya zat besi adalah:

Tubuh menyerap zat besi dalam jumlah yang lebih tinggi dari daging dibandingkan sumber-sumber lainnya. Pada individu yang tidak mengonsumsi daging, asupan makanan yang kaya zat besi dari sumber lainnya dapat ditingkatkan.

Selain itu, mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C dapat menunjang penyerapan zat besi oleh tubuh. Penyerapan zat besi dapat ditingkatkan dengan mengonsumsi jus sitrus atau mengonsumsi makanan yang kaya vitamin C seperti jeruk, kiwi, brokoli, melon, stroberi, tomat, dan sebagainya pada saat yang bersamaan dengan mengonsumsi makanan yang kaya zat besi.

Exit mobile version